Pemilihan Ayah Terbaik
Olga
duduk termenung di kursi dekat jendela. Ia memandang taman bunga yang berada
tepat di samping kamarnya. Taman itu dirawat oleh Bunda sejak Olga lahir.
Tetapi, sekarang Pak Maman-lah yang
mengurus taman indah tersebut.
“Wah,
lihat, si anak yatim sedang melamun!” ejekan Tom, temannya, terngiang kembali
di ingatan Olga. Di sekolah tadi, Olga kembali menjadi bulan-bulanan Tom dan
kawan-kawannya.
“Barangkali,
sibuk berkhayal tentang ibu baru!” sambung Abe,
salah satu kawan Tom.
Sekuat tenaga, Olga menahan amarah dan tangisnya. Memang
benar bahwa Olga telah menjadi anak yatim. Dua tahun lalu, ibunya meninggal
karena sakit jantung.
Olga berdiri dari tempat duduknya. Ia mengambil sebuah
majalah di meja ruang tamu. Pandangannya terarah pada salah satu iklan di
majalah itu.
Olga tersenyum lebar. Ia
segera masuk ke kamar dan mengambil pensil serta kertas, kemudian mulai
menulis. Setelah selesai, Olga memasukkan kertas itu ke dalam amplop dan minta
tolong pada Pak Maman untuk mengeposkannya.
Sebulan setelah hari itu, selembar wesel beserta sebuah
surat dibawa oleh tukang pos ke rumah Olga. Saat itu, Olga dan Pak Wisnu,
ayahnya, sedang sarapan.
“Permisi, Tuan,” Mbok Ijah, pembantu mereka, datang tergopoh-gopoh
menemui mereka.
“Ini ada surat wesel untuk non Olga.”
“Terima kasih, Mbok.” Olga membuka amplop dan segera
membaca isi surat itu. Tiba-tiba saja Olga berteriak kegirangan. “Hore!!!!
Hore!!!!! Yah, Olga berhasil memenangkan
suatu lomba! Asyik!”
“Lomba?” ulang Pak Wisnu keheranan. “Lomba apa, Olga?”
“Ayah baca saja surat ini.” Olga menyodorkan dua lembar
kertas. Yang satu adalah surat pemberitahuan dari panitia, sedangkan yang lain
adalah kertas uyang dikirim Olga untuk panitia lomba tersebut.
Panitia lomba ‘Pemlihan Ayah Terbaik’, begitu isi surat
milik Olga,
Perkenalkan, nama
saya Olga Wulandari. Saya ingin mencalonkan ayah saya, Bpk. Wisnu Wahyudi,
sebagai salah satu peserta lomba ‘Pemilihan Ayah Terbaik’
Ayah
saya adalah seorang pria yang sangat hebat. Kami tinggal bersama di sebuah
rumah dengan beberapa pembantu. Dua tahun yang lalu, ibu saya meninggal dunia.
Sejak saat itu, saya merasa sangat kesepian. Saya sangat merindukan sosok ibu
yang penyayang, kakak yang baik hati (saya tidak memiliki saudara), serta teman
yang siap menghibur. Tetapi semua sosok itu saya temukan dalam diri Ayah. Ayah
menggantikan posisi bunda, kakak, dan teman yang saya dambakan. Saya sangat
bahagia karena memiliki Ayah ysng berwibawa, penyayang, baik hati, dan siap
menghibur saya setiap saat.
Tak terasa air mata Pak Wisnu jatuh membasahi kertas itu.
Ia menatap anaknya lekat-lekat.
“Terima kasih, Nak.” Pak Wisnu memeluk putrinya erat.
“Terima kasih juga atas seluruh kasih saying Ayah selama
ini. Olga sangat menyayangi Ayah,” bisik Olga.
“Ayah akan selalu menjadi Ayah yang berwibawa, penyayang,
baik hati, dan siap menghibur seperti yang Olga inginkan. Terima kasih, Olga.”
Karya: Erlinel Manuel. Sumber: Buku Pustaka Ola.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar