Selasa, 27 November 2012

Pertemuan Tak Terduga


"K-kak Niko? Ayah?" Aku masih tak percaya apa yang ada dihadapanku saat ini. Sosok yang selalu datang menjadi mimpi buruk setiap malam. Sosok yang akhir-akhir ini selalu membuatku takut tapi sangat aku rindukan. Dan sekarang ada dihadapanku? I-n-i g-i-l-a!
"Yud gue balik duluan, istri gue nelfon nih nyuruh pulang cepet" Ucapku pada Yudi yang terlihat sibuk berkutat dengan laptop dihadapannya.
"Yeee, mau kemana lo? Masih siang bro, malem jum'at masih lama kale" Canda Yudi sambil memutar kursi yang ia duduki tepat berada dihadapanku.
"Apaan sih lo! Basi! Makannya cepetan kawin deh lo Yud, tuh Sarinah juga kosong"
"Yee ngocol lo! Udah ada calon lagi. Eh btw, salamnya aja deh ya ke istri lo. Bilangin salam ganteng dari Mas Yudi"
"Waaaah tinggal nerima undangan nih! Oke deh Mas Yudi ganteeeeng!" Ujarku berlalu sambil mencubit pipi Yudi.
"Eh awas lo ye" Teriak Yudi sambil memegang pipinya yang terlihat merah karena ku cubit. Aku hanya membalasnya dengan lambaian tangan yang genit.
Memang selalu ada candaan kami di selang kerjaan kantor yang menumpuk. Bahkan dalam urusan m-e-r-k c-e-l-a-n-a d-a-l-a-m a-p-a y-a-n-g n-y-a-m-a-n bisa menjadi topik pembicaraan kami. Memang tak penting, dan terdengar freak tapi itu yang membuat persahabatan kami ada sampai sekarang.
Diperjalanan, aku teringat dengan mimpi-mimpi aneh yang akhir-akhir ini selalu datang menghantuiku. Sebenarnya ada apa ini? Mengapa perasaan takut itu belum hilang sampai detik ini? Perasaan takut yang selalu menghantuiku. Ditambah mimpi buruk yang selalu datang di mimpiku. Sosok Ayah dan Kak Niko terasa hadir kembali. Sosok mereka yang aku rasa ada disekelilingku. Aku merasa gerak-gerikku dilihat oleh mereka.
CKIIIIITTTTTT! Aku terbangun dari lamunanku. Sesosok Bapak-bapak terkapar dihadapanku. Ya Tuhan! Apa yang aku lakukan!
Segera kuhampirinya.
"Maaf Pak, ini salah saya maaf" Ucapku panik. Kurasa bapak-bapak itu merasakan kepanikanku.
Bapak itu langsung membalikkan badannya, menolehkan wajahnya, dan.... DEG!
Darahku mengalir deras. Keringat dingin segera membanjiri tubuhku. Jantungku berdegup kencang. Perlahan langkahku semakin mundur.
"A-a-a-ayah...." Ucapku dengan gemetaran. Seketika wajahku berubah pucat.
Apa ada yang salah dengan penglihatanku? Apa penglihatanku sudah rabun? Apa ini mimpi lagi? DEMI TUHAN TOLONG BANGUNKAN AKU ANNA!!!!
Aku langsung meninggalkan tempat itu. "I-N-I S-A-N-G-A-T G-I-L-A! BENAR-BENAR GILA!!!" Teriakku sambil membanting stir. Tak ada sedikitpun hasrat ingin menolong sosok yang bisa dikatakan mirip dengan Ayah. Yang aku rasa hanya takut, takut akan sosok yang aku ketahui sudah tak ada keberadaannya di bumi. Sosok yang seharusnya Tuhan tempatkan di alam yang sudah Ia sediakan, dan ruh yang seharusnya sudah Tuhan kunci.
Kucoba tenangkan pikiranku. Kucoba kendalikan emosi dan rasa takutku.
Bagaimana kalau itu hanya seseorang yang mirip dengan Ayah? Mengapa aku tak menolongnya...Mengapa aku meninggalkan orang itu begitu saja....Pasti orang-orang sudah berfikiran jijik terhadapku. Betapa tak berprikemanusiaannya diriku. ARRRRRRGGGGHHHH!
Tanpa berfikir panjang, kuputar balik arah mobilku menuju tempat kejadian tadi. Semoga saja hanya penglihatanku yang salah.
Kuamati jalan sekitar. Sudah hampir 6x aku bulak-balik sekitar jalan itu. Tapi, kemana perginya bapak itu? Apa sudah ada yang menolongnya? Ajaibnya, tak ada seidikitpun darah yang berceceran. Jalan itu bersih. Padahal senggang waktu aku meninggalkan tempat itu tak begitu lama. Aku tahan segala macam pertanyaan yang mulai memenuhi otakku, kucoba tanyakan kepada pemilik warung yang letaknya bersebrangan dengan tempat kejadian.
"Maaf Pak numpang tanya, bapak-bapak yang tertabrak tadi dibawa kemana ya Pak?" Tukasku sambil menunjuk tempat kejadian.
"Tertabrak? Daritadi saya disini, tak ada yang tabrakan Mas" Jawabnya. Jawaban yang lagi-lagi mulai mengagetkanku.
"Ahh Bapak bercanda nih, jelas saya yang menabraknya ko Pak" Jawabku dengan senyuman yang berusaha mencairkan rasa kagetku.
"Wah ini Mas nih yang bercanda, daritadi saya disini tak terjadi hal apa-apa. Coba tanya deh orang-orang yang daritadi disini Mas"
"Wah kalo Bapak boong, nanti Bapak yang dicabut nyawanya loh" Ucapku ngasal dengan hati yang mulai tak enak.
"Sumpah deh Mas. Demi mati sekarang deh saya mah"
D-e-m-i M-a-t-i S-e-k-a-r-a-n-g.
"Hahahahahaha bercanda ko Pak, makasih ya Pak" Aku segera meninggalkan warung itu.
D-e-m-i M-a-t-i S-e-k-a-r-a-n-g.
D-e-m-i M-a-t-i S-e-k-a-r-a-n-g.
D-e-m-i M-a-t-i S-e-k-a-r-a-n-g.
D-e-m-i M-a-t-i S-e-k-a-r-a-n-g.
D-e-m-i M-a-t-i S-e-k-a-r-a-n-g.
D-e-m-i M-a-t-i S-e-k-a-r-a-n-g.
D-e-m-i M-a-t-i S-e-k-a-r-a-n-g.
D-e-m-i M-a-t-i S-e-k-a-r-a-n-g.
D-e-m-i M-a-t-i S-e-k-a-r-a-n-g.
D-e-m-i M-a-t-i S-e-k-a-r-a-n-g.
SEBENARNYA APA YANG DIKATAKAN BAPAK ITU????????? ARRRRGGGGHHHHHHHH!!!!!
Kubanting stir dengan perasaan berkecamuk. Tak usah aku pikirkan lagi, yang harus aku pikirkan 'aku harus secepatnya tiba di rumah karena Anna menungguku' OK!
Sampailah di rumah. My sweet home. Semoga Anna memberiku kejutan dengan masakannya yang membuat lidahku bergoyang dan dengan itu aku bisa melupakan kejadian gila yang baru saja terjadi.
"Tadaima" teriakku. (Tadaima:Saya Pulang)
"Okaeri" Terdengar jawaban dari dalam rumah. (Okaeri:Selamat Datang)
Tercium masakan yang mengundang perut untuk segera disantap.
"Kamu masak ya?" Tanyaku kepada Anna.
"Iya Mas" Jawabnya sembari membukakan jas yang aku pakai.
"Tau aja deh kalo suaminya lagi kelaparan. Hehehehe"
"Kewajiban istri Mas, lagian kita nggak cuma makan berdua kok"
"Ada tamu? Siapa?"
"Pokoknya tamu spesial"
Aku segera menuju ruang makan, siap untuk menyantap masakan istriku dan penasaran dengan tamu spesial yang dirahasiakan olehnya.
Baru kulangkahkan kakiku sampai pintu, dan dengan otomatis langkahku terhenti. Darahku kembali mengalir cepat, jantungku berdegup kencang, keringatku menjadi dingin. Wajahku berubah menjadi pucat pasi.
"Hai Bima!" Sapa mereka berdua. Ayah dan Kak Niko....
Sosok yang selalu datang menjadi mimpi burukku. Sosok yang aku tabrak tadi. Sosok yang akhir-akhir ini selalu membuatku takut tapi sangat aku rindukan. Kucubit lenganku dan rasanya sakit. Benar, ini bukan mimpi lagi. Aku benar-benar sedang ada dihadapannya. Sosok yang membuatku gila. Sosok..... dan semuanya menjadi gelap.


Kategori: Fiksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar