Saat
ini sekolah sedang libur panjang. Andi berlibur di rumah Kakek di desa. Sudah
tiga hari ia disitu. Penuh suka cita, ia membantu Kakek bekerja di kebun setiap
hari. Kakek bekerja giat di kebun memakai topi pandan tua. Kata Nenek, topi itu
seharusnya dibuang saja. Habis sudah jelek sekali. Banyak sekali lubang di topi
itu.
“Jangan
dibuang! Topi ini masih enak dipakai. Aku sangat menyukainya,” kata Kakek saat
Nenek akan membuang topi itu.
Hari
semakin siang. Sinar matahari mulai terasa menyengat panas. Kakek berhenti
mencangkul. Ia lalu mendatangi pohon mangga di tepi kebun. Dibukannya topi.
Diletakkannya di satu cabang pohon itu. Kakek kemudian duduk bersandar di
batang pohon melepas lelah.
Setelah
lelahnya lenyap, Kakek kembali meneruskan mencangkul. Ia lupa memakai topinya
kembali.
“Kekkkkkk,
istirahat dulu! Makan siang sudah siap, nih!” nenek memanggil dari rumah.
Kakek
dan Andi bergegas masuk ke rumah. Keduanya lalu lahap menikmati hidangan.
Seusai itu, Kakek ingat akan topinya.
“Andi,
tolong ambilkan topi Kakek!”
Andi
segera berlari menuju kebun lagi. Tak lama kemudian, ia kemballi sambil
berteriak.
“Kakek,
Kekkkkkkk, topi Kakek penuh dengan rumput kering!”
Bersama
Andi, Kakek lalu mendatangi pohon mangga tadi. Waaah, tampak seekor burung
murai sedang sibuk membuat sarang di topi itu.
“Sssssh,”
ucap Kakek, “Ayo kita pergi dari sini. Biarkan saja burung itu bersarang di
situ.”
Beberapa
hari kemudian, Kakek, Nenek, dan Andi melihat topi itu. Di dalamnya sudah ada
dua butir telur.
“Hihihihi!
Topi itu memang cocok untuk sarang burung!’ kata Nenek.
“Ya,
ya, Nenek benar,” tambah Andi.
“Huh!”
dengus Kakek agak kesal.
“Hihihiihiihii!”
Andi dan Nenek tertawa geli.
Oleh: Endang Firdaus. Sumber: Buku Pustaka Ola.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar