Selasa, 27 November 2012

Burung di Topi Kakek



            Saat ini sekolah sedang libur panjang. Andi berlibur di rumah Kakek di desa. Sudah tiga hari ia disitu. Penuh suka cita, ia membantu Kakek bekerja di kebun setiap hari. Kakek bekerja giat di kebun memakai topi pandan tua. Kata Nenek, topi itu seharusnya dibuang saja. Habis sudah jelek sekali. Banyak sekali lubang di topi itu.
            “Jangan dibuang! Topi ini masih enak dipakai. Aku sangat menyukainya,” kata Kakek saat Nenek akan membuang topi itu.
            Hari semakin siang. Sinar matahari mulai terasa menyengat panas. Kakek berhenti mencangkul. Ia lalu mendatangi pohon mangga di tepi kebun. Dibukannya topi. Diletakkannya di satu cabang pohon itu. Kakek kemudian duduk bersandar di batang pohon melepas lelah.
            Setelah lelahnya lenyap, Kakek kembali meneruskan mencangkul. Ia lupa memakai topinya kembali.
            “Kekkkkkk, istirahat dulu! Makan siang sudah siap, nih!” nenek memanggil dari rumah.
            Kakek dan Andi bergegas masuk ke rumah. Keduanya lalu lahap menikmati hidangan. Seusai itu, Kakek ingat akan topinya.
            “Andi, tolong ambilkan topi Kakek!”
            Andi segera berlari menuju kebun lagi. Tak lama kemudian, ia kemballi sambil berteriak.
            “Kakek, Kekkkkkkk, topi Kakek penuh dengan rumput kering!”
            Bersama Andi, Kakek lalu mendatangi pohon mangga tadi. Waaah, tampak seekor burung murai sedang sibuk membuat sarang di topi itu.
            “Sssssh,” ucap Kakek, “Ayo kita pergi dari sini. Biarkan saja burung itu bersarang di situ.”
            Beberapa hari kemudian, Kakek, Nenek, dan Andi melihat topi itu. Di dalamnya sudah ada dua butir telur.
            “Hihihihi! Topi itu memang cocok untuk sarang burung!’ kata Nenek.
            “Ya, ya, Nenek benar,” tambah Andi.
            “Huh!” dengus Kakek agak kesal.
            “Hihihiihiihii!” Andi dan Nenek tertawa geli.

Oleh: Endang Firdaus. Sumber: Buku Pustaka Ola.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar